RSS

Road To Celebes : Bantimurung

09 Apr

Day Six (19 Maret 2012)

Hari – hari terakhir saya di Makassar agak sedikit terganggu oleh kondisi cuaca yang tak begitu baik. Hujan kerap turun tiba – tiba. Padahal hari itu saya beserta rombongan harus mengakhiri keberadaan kami di Makassar. Dan berencana untuk kembali ke Pare – Pare. Tak terasa seminggu berlalu begitu cepat bagi saya. Artinya liburan akan segera berakhir.  Karena kami akan bertolak dari Pare – Pare ke Kalimantan menggunakan kapal di keesokan hari. Maka hari itu kami berencana kembali. Tapi sebelum itu ada sedikit hal tertunda yang harus kami selesaikan. Mengunjungi lokasi wisata di Bantimurung Kabupaten Maros yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan.

Jarak dari Makassar menuju Bantimurung di Maros tidak begitu jauh. Hanya lalu lintas kendaraan yang padat di lintas membuat perjalanan kami sedikit tersendat. Tapi secara umum tak ada masalah. Karena kami tak tahu jalan kesana , kami beberapa kali singgah untuk bertanya. Saat kami telah berada di jalur yang benar. Maka perjalanan pun menjadi lancar. Jarak yang 41 KM kami tempuh hampir satu jam. Karena hujan gerimis dengan setia mengiringi perjalanan kami. Juga jalan yang tidak lebar dan volume kendaraan yang cukup ramai.

Saat saya sampai satu hal yang sangat mencolok adalah tulisan raksasa yang terlihat di tebing yang cukup tinggi.

Lalu di ada replika kupu – kupu raksasa yang menjadi pintu gerbang untuk masuk ke areal taman Nasional Bantimurung. Tapi kami tak langsung masuk karena saat itu kami merasa cukup lapar. Kami memutuskan mencari makan dulu. Karena kami berencana akan menghabiskan waktu seharian di dalam. Hari itu hari senin, bukan hari berlibur hingga tempat itu terlihat sepi pengunjung. Di tambah lagi cuaca yang tak bersahabat. Kami pikir akan agak sulit mencari makan di dalam. Setelah menyusuri jalan kami menemukan tempat makan yang sangat menarik. Coto kuda. Wah rasanya lumayan beda dengan yang biasa. Bahkan seorang teman tidak begitu suka. Karena aroma dagingnya memang agak aneh. Tapi bagi saya justru lebih enak. Hehehe,….

Setelah kenyang kami pun meluncur menuju lokasi. Sempat singgah sebentar melihat penangkaran kupu – kupu milik warga. Dan dari situ saya memperoleh informasi bahwa di dalam ada penangkaran milik pemerintah yang lebih besar. Sebelum kami ke lokasi utama. Kami memutuskan untuk singgah sebentar ke lokasi penangkaran kupu – kupu. Kami sempat masuk ke laboratorium tempat penelitian dan pengembak biakan kupu – kupu. Hanya ada tiga orang pekerja/peneliti di dalam. Kami meminta idzin untuk melihat – lihat. Hanya perlu mengisi buku tamu. Dan seorang peneliti dengan ramah menjelaskan siklus kehidupan atau proses metamorfosa kupu – kupu. Mulai dari telur – ulat – kepompong sampai kupu-kupu. Termasuk menunjukkan beberapa kandang tempat proses itu berlangsung. Disitu saya bisa melihat telur , lalu dikandang lain ada ulat dan kandang lainnya lagi ada kepompong. Disamping gedung laboratorium ada taman besar yang di beri jaring tempat kupu – kupu dewasa bermain. Tapi sayang entah kenapa , belum waktunya atau cuaca yang tidak bagus kami tak melihat seekor pun kupu-kupu menampakkan batang sayapnya. Sehingga saya hanya bisa memandangi ratusan jenis kupu – kupu yang telah diawetkan dan terpasang rapi di dinding.

Saya sempat sedih juga melihat nasib si kupu-kupu yang dijadikan mummi. Walau yang menarik ternyata proses pengawetannya sama sekali tidak menggunakan air keras atau zat kimia apapun. Kupu – kupu yang diawetkan cukup di bunuh di tusuk kepalanya dengan jarum lalu setelah mati di jemur hingga kering, sebelum di masukkan ke bingkai kaca. Konon cara ini lebih murah dan hasilnya lebih bagus. Walau agak kasihan, tapi saya pikir – pikir dengan diawetkan justru lebih baik bagi kupu – kupu. Karena eksistensinya menjadi lebih lama. Karena di berita saya lihat ternyata umur kupu – kupu dewasa hanya bertahan lima hari. Jadi pilih hidup yang bagimana untuk tuan kupu – kupu ?

Setelah puas melihat – lihat dan berphoto. Termasuk juga meminta petugas yang ada untuk berphoto bersama kami meninggalkan tempat itu.

Kami pun menuju lokasi gua dan air terjun.Tapi cuaca makin memburuk , hujan turun sangat deras sehingga kami terpaksa beteduh cukup lama di stand penjual cindera mata. Yang kebetulan kosong. Cukup lama saya bahkan sempat tertidur. Setelah hujan reda kami pun beranjak menuju loket pembelian karcis masuk. Ada dua harga, untuk wisatawan lokal sebesar, Rp 15.000,- sedang wisman sebesar, Rp 50.000,-.

Suasana benar – benar sepi didalam. Jumlah pengunjung bisa di hitung dengan jari. Tapi justru sebuah kebetulan bagi kami. Kami bisa mengeluarkan seluruh ekspresi dan hasrat narsis sepuas – puasnya. Tanpa harus menggangu dan terganggu oleh keberadaan orang lain.

Tujuan pertama kami adalah gua Bantimurung. Jaraknya 800 Meter dari lokasi utama air terjun. Melewati jalan beton setapak yang cukup menanjak menyusuri sungai. Saya belum pernah melihat gua secara langsung sebelumnya. Dan gua itu lumayan besar. Kami menyewa senter sekaligus menggunakan jasa guide yang menawarkan diri. Guide kami seorang bapak yang cukup berumur. Ia memandu kami menyusuri gua itu. Menunjukkan tempat – tempat yang menurutnya istimewa. Ada batu jodoh, yang katanya bila seorang ingin cepet dapat jodoh bisa mengalungkan tali di batu tersebut. Lalu ada tempat duduk batu yang katanya adalah tempat bertapa Karaeng batimurung. Ada juga mata air yang disebutnya bisa membuat awet muda dan membuat wajah jadi bersih. Bisa menghilangkan jerawat dan sebagainya.

Batu Jodoh .

Sekira dua jam kami ditempat itu. Setelah itu,………. Saatnya bermain air. Karena hari itu diwarnai turunnya hujan yang berkepanjangan. Bahkan saat itupun gerimis masih tetap turun. Membuat jeram air terjun menjadi sangat deras dan besar. Sangat sulit untuk mencari posisi mandi di bawah air terjun. Sebenarnya di daerah bawah ada tempat pemandian juga . Tapi bagi kami kurang seru, kami lalu berusaha mencari posisi yang memungkinkan untuk ditempati bermain air yang sedekat mungkin dengan air terjun. Bahkan seorang teman sempat terseret arus saat ti. Untung saja masih  bisa ngerem. Kalo tidak, saya pikir dia bisa mendapat cedera lumayan. Karena dibawah posisi kami diatas tebing ,walau tidak curam tapi jaraknya masih lebih 10 meter ke bawah.

Maen airrrrr,.......

Begaya dulu sebelum pulang , heheheheh

Saya menghabiskan waktu cukup lama di tempat itu. Jam empat sore kami pun berkemas untuk pulang. Tempat yang cukup menyenangkan juga berkesan bagi saya. Saat keluar kami singgah mencarai cendera mata untuk di bawa pulang. Dan karena Batimurung terkenal dengan kupu – kupu. Maka cendera mata yang ada tak jauh – jauh dari itu. Gantungan kunci berisi fosil kupu – kupu banyak sekali dan dijual bervariasi mulai harga lima ribuan. Ada juga fosil lain seperti kumbang dan kalajengking. Tentu saja harganya beda. Juga ada juga kumpulan bermacam – macam fosil kupu – kupu yang masukkan dalam bingkai.

Setelah puas melihat – lihat kami pun pulang. Walau ada beberapa hal yang agak mengganggu. Seperti harus membayar ongkos parkir dua kali. Dan harganya pun aneh, saya merasa seperti di peras oleh oknum – oknum itu. Tapi saya malas berdebat hingga menuruti saja mau mereka.

Jam lima sore saya beserta rombongan meninggalkan Bantimurung menuju Pare – Pare. Karena keesokan hari kami sudah harus balik ke kalimantan. Saya tiba di Pare – Pare sekira jam sembilan malam.

Selamat tinggal Makassar . Waktu dan lelah yang terkorban terasa sebanding dengan pengalaman yang saya dapatkan. Perjalanan ini benar – benar memuaskan. Bahkan saya dan teman – teman berencana akan melakukan nya lagi di kesempatan yang ada di masa depan. Walau rute perjalanan akan di ubah. Bila sebelumnya melewati daerah – daerah pesisir, maka nantinya melewati daerah pegunungan. Semoga saja rencana itu kesampaian.

 
5 Komentar

Ditulis oleh pada April 9, 2012 inci Aku Menulis, Catatan Harian

 

5 responses to “Road To Celebes : Bantimurung

  1. mridwanpurnomo

    April 10, 2012 at 2:16 am

    wah…
    perjalanan yang menyenangkan sekali,
    boleh tuh cendramatanya dikirim ke sini …

     
  2. Herdis Suryatna

    April 10, 2012 at 1:01 pm

    iya itu pastinya menyenangkan banget..buat diceritain ke anak cucu..:D

     
  3. freezerfananta

    April 11, 2012 at 3:48 am

    wahhh pingin ke sana gue…. kapan yahh… 😀

     
  4. abieomar

    April 16, 2012 at 3:45 am

    @ Mridwan : Yap . seru pokoke . Soal cendramata kyakx dah terlambat deh !
    @ herdis : Bener, sebelum di ceritain ke anak cucu, diceritain ke Bloofers dulu , heheh
    @ Freeze : Saya merekomendasikan utk kesana secepatnya , 😀

     
  5. accilong

    Juni 5, 2012 at 8:20 am

    komplit bener mas, laporan situasinya. hehehhe..
    salam kenal, salam bloofers. :p

     

Tinggalkan komentar